Kamis, 05 Maret 2009

genetically modified space

24 komentar

Arsitektur Dijital pada dasarnya terbentuk dari perkembangan sistem- sistem masa lalu, dimana alogaritma- analogi natural yang genesis dikembangkan . Sistem Digital adalah sistem yang output dan inputnya merupakan himpunanan- himpunan berhingga yang anggotanya berupa besaran diskret yang memiliki spesifikasi tertentu. 

Pengetahuan tektonis mengenai konstruksi yang menekankan detil, baik dalam struktur maupun kreatifitas, melahirkan bentuk arsitektur sebagai sebuah karya seni digital. Tentunya bentuk-bentuk yang dihasilkan sangat jauh berbeda dengan arsitektur yang sering kita jumpai umumnya saat ini, yang cenderung memiliki sudut kaku, bidang lurus, dan lain sebagainya. Namun di lain sisi, bentuk arsitektur digital sangat sulit untuk dipahami bila mengacu kepada kaidah arsitektur tradisional. Yang menjadi inti pertanyaan adalah, apakah tujuan dari arsitektur digital ini. Apakah arsitektur digital hanya bisa dilihat dalam bentuk virtual saja dalam komputer atau memang dipikirkan agar dapat direalisasikan dalam bentuk bangunan dalam kehidupan nyata.

Perkembangan teknologi dunia sangat cepat, apalagi dunia dijital. Semakin lama semakin kompleks dan akan sulit untuk dipahami. Termasuk dunia arsitektur dijital. Untuk memahaminya dibutuhkan pemahaman tentang awal terbentuknya sistem arsitektur dijital. Mengapa dan bagaimana arsitektur dijital bisa diciptakan? Apa kegunaanya dalam proses mendesain?

Genetically Modified Space
Ilmu biologi sudah lama membahas genetika, ilmu yang memikirkan tentang hubungan gen, sifat-sifat yang diturunkan oleh induknya. Ilmu genetika selalu membahas bagaimana cara agar hanya sifat-sifat baik yang turun kepada anak-anaknya, sebagai pengembangan terhadap kualitas hidup manusia, begitu juga yang terjadi dengan kehidupan manusia, sampai sampai adanya riset mengenai genetika yang menciptakan pilihan cloning juga adalah keinginan untuk menghasilkan keturunan dengan kualitas terbaik.

Inilah yang dicoba dilakukan oleh Christian Derix, Aedas dan Univeristas di London. Dalam konteks arsitektur mencoba menciptakan system yang mampu men-generate, mengkalkulasi, dan menghimpun data-data, mencoba mencari gen yang terbaik untuk sebuah space. Mencoba menggabungkan antara system artificial dan mengintegrasikannya dengan sitem yang sudah hadir di alam.

Beberapa experimen yang dilakukan oleh AEDAS :
1.Penghubungan layout diagram
Sebenarnya eksperimen ini pernah dilakukan oleh Pablo Miranda pada tahun 2002, Pablo ber-experimen dengan deskrpisi Boolean space yang diciptakan oleh Lionel March untuk menciptakan layout diagram yang terintegrasi dengan jelas melalui algoritme genetika yang simple. Pablo Miranda membuat 64 bit experimen berupa 64 notasi angka yang membentuk space. Dari 64 bit ini dicari yang konektivitas dan punya bentuk paling terintegrasi satu sama lain melalui system fungsi pada komputer dan hasil dari yang terbaik ini dipasangkan dengan salah satu dari 64 secara acak, sedangkan yang buruk secara otomatis dihilangkan. Melalui proses cross over dan mutasi, ia mencoba mengintegrasikan ide-ide Darwinian tentang seleksi alam dan mengkontekskannya dengan ilmu arsitektur.  

2.Generative Heuristic
Dengan menggunakan eksperiman generative tower, mencoba mencari hubungan algoritme yang ada untuk menciptakan space yang simple dan berbentuk slab-envelope .

3.Kompromi pada Masterplan  
Dengan kolaborasi bersama Edwrd Finucane, eksperimen ini mencoba mengkombinasikan masterplanning yang ditumpuk dengan algoritme genetis yang memandang secara multi-objek. Inti dari tujuan experimen ini adalah untuk mencari optimasi antara parameter massa (mayoritas) dengan penyesuaian yang bertahap untuk memperbaiki dan memberikan optimalitas untuk semua sisi .

Aplikasi Sistem GENETICALLY MODIFIED SPACE
Genetically Modified Space, merupakan sebuah sistem secara digital yang mulai dikenal dalam dunia arsitektur pada khususnya. Sistem ini bekerja dengan dasar eksperimen-eksperimen alogaritms. Sebenarnya struktur apa yang ada di dalam sistem ini, tidak lain adalah sebuah penganalisaan secara genetic alogaritms, yaitu sebuah analogi yang alami. Mulai dikenal seperti pada sistem yang telah digunakan MVRDV sebelumnya, yaitu The functionmixer, yang merupakan sebuah software untuk programmatic mixture. Dimulai dari sebuah penadahuluan desain, sampai pada conclusion. Batasan fungsi dari sistem genetically modified space ini meliputi:
1.Solution Envelope
Dari user sistem ini, memberikan berbagai kemungkinan envelope design sebagai sebuah solusi dalam bentuk voxels. Voxels ini meliputi 3 dimensional, ortogonal, homogeneous grid.
2.Evalution Criteria
Evaluation criteriaini, merupakan sebuah solusi terukur dari batasan sebelumnya yaitu envelope solution. Dari sini memberikan sebuah tipe yang lebih spesifik sebagai evaluationtype. 
3.Variation Mechanism
4.Optimization Algorithm

Sistem genetically modified space ini merupakan sebuah sistem yang mempermudah pengolahan data. Dalam dunia arsitektur sistem ini digunakan untuk mengol;ah data secara otomatis dan memberikan sebuah solution envelope, evaluation criteria, variation mechanism sampai pada optimazation algorithm. Sudah jelas penciptaan sistem ini membuat dunia arsitektur lebih maju lebih tepatnya dalam dunia arsitektur dijital. Memberikan sebuah kecepatan dan ketelitian dalam sebuah analisa. Dalam konteks urban design and planning sistem ini meliputi modeling, simulation, visualitation, dan animation software. Dari sistem ini data dapat diolah dengan optimal dengan parameter-parameter yang telah terukur. Sistem ini merupakan terobosan terbaru yang akirat dalam dunia arsitektur dijital.



street photography

0 komentar

Street photography uses the techniques of straight photography in that it shows a pure vision of something, like holding up a mirror to society. Street photography often tends to be ironic and can be distanced from its subject matter and often concentrates on a single human moment, caught at a decisive or poignant moment. On the other hand, much street photography takes the opposite approach and provides a very literal and extremely personal rendering of the subject matter, giving the audience a more visceral experience of walks of life they might only be passingly familiar with. In the 20th century, street photographers have provided an exemplary and detailed record of street culture in Europe and North America, and elsewhere to a somewhat lesser extent.

Many classic works of street photography were created in the period between roughly 1890 and 1975 and coincided with the introduction of portable cameras, especially small 35mm, rangefinder cameras. Classic practitioners of street photography include Henri Cartier-Bresson, Robert Frank, Alfred Eisenstaedt, W. Eugene Smith, William Eggleston, BrassaŃ—, Willy Ronis, Robert Doisneau and Garry Winogrand.

(sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Street_photography)

Street Photography - Lee mcLaughlin

San Francisco Streets #57
©2005 by Godfrey DiGiorgi
Pentax *ist DS + FA20-35mm f/4 AL
ISO 200 @ f/8 @ 1/200 sec, Av mode, EV +0.7 (FL=20mm)


"Street Fighting" by Ariil Davidoff (Arique)